Friday, March 04, 2016

Marah


Konon bunda Teresa memandikan anak gelandangan di tepi sungai Gangga. Ia melihat ada keluarga yang sedang bertengkar, saling berteriak. Ia berpaling ke murid-muridnya dan bertanya, "Mengapa orang suka saling berteriak kalau sedang marah?" Salah satu muridnya menjawab,"Karena kehilangan sabar, kita berteriak." "Tetapi, mengapa harus berteriak pada orang yang ada di sebelahmu? Kan pesannya bisa juga sampai dengan cara halus?" tanya bunda Teresa. Murid-murid saling adu jawaban namun tidak ada satu yang mereka sepakati.

Akhirnya sang bunda bertutur,"Bila dua orang bermarahan, hati mereka sangat menjauh. Untuk dapat menempuh jarak yang jauh itu, mereka harus berteriak agar terdengar. Semakin marah, semakin keras teriakan karena jarak kedua hati pun semakin jauh."

"Apa yang terjadi saat dua insan jatuh cinta?" lanjutnya. "Mereka tidak berteriak pada satu sama lain. Mereka berbicara lembut karena hati mereka berdekatan. Jakar antara kedua hati tidak ada atau sangat dekat."

Setelah merenung sejenak, ia meneruskan. "Bila mereka semakin lagi saling mencintai, apa yang terjadi? Mereka tidak lagi bicara. Hanya berbisikan dan saling mendekat dalam kasih-sayang. Akhirnya, mereka bahkan tidak perlu lagi berbisikan. Mereka cukup saling memandang. Itu saja. Sedekat itulah insan yang saling mengasihi."

Bunda Teresa memandangi murid-muridnya dan mengingatkan dengan lembut,"Jika terjadi pertengkaran, jangan biarkan hati menjauh. Jangan ucapkan perkataan yang membuat hati kian menjauh. Karena jika kita biarkan, suatu hari jaraknya tidak lagi bisa ditempuh."

Efesus 4:26
Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa, janganlah matahari terbenam sebelum padam amarahmu.
---
Dikutip dari Warta Santo Matius, 28 Februari 2016, Tahun XXXIII-No.23

No comments: