Wednesday, November 05, 2014

Profesi adalah Spesialis


Dengan segala aktivitas keseharian, terkadang orang menjadi lupa dengan sekeliling, melihat orang lain belanja, melihat orang lagi lalu-lalang, dan masih banyak lagi, dengan mudah mata kita secara visual melihat sekeliling berganti-gantian.

Namun jika di dalami sejenak, apa yang kita lihat adalah apa yang Tuhan sajikan di dunia ini. Apa yang mereka ceritakan saat saya bercakap-cakap dengan teman atau kerabat, bahkan dengan orang baru sekalipun, mereka adalah karunia-Nya. Setiap insan bergerak dan melakukan apa yang mereka kehendaki, suka atau tidak suka, enjoy atau tidak, mereka melakukannya.

Kadang terbersit olehku untuk bertanya kepada semua orang, apakah mereka enjoy dengan profesinya?
Apakah seorang ibu yang sedang menyapu di jalanan menyukai pekerjaannya? Di kala Jakarta melakukan sebuah perayaan yang menjadikan sampah bertebaran dimana-mana, apakah si ibu tersebut melihat sampah berserakan itu menjadikan sebuah beban atau anugerah?

Bertemu siapapun buatku adalah pengalaman dan pembelajaran hidup. Anda tidak perlu membuang waktu lama, dapat dengan sangat cepat memangkas waktu saat mereka bercerita dan berbagi pengalaman. Ada yang bertahun-tahun di profesi tersebut, ada juga yang silih berganti profesi dengan berbagai macamnya. Intinya, mereka melakukan dengan sebuah sebab, mungkin mencari yang cocok dengan passionnya, atau mencari penghasilan yang lebih baik lagi. Namun apapun itu, yang mereka lakukan adalah profesi.

Profesi adalah pekerjaan, profesi menjadikan seseorang menjadi seorang spesialis.

Profesi menjadikan seseorang mahir dalam melakukannya, dan saat sudah mahir maka dapat dikatakan sebagai seorang spesialis. Istilah spesialis bukan hanya disandang oleh seorang dokter. Menurutku, dokter umum pun adalah spesialis, yang notabene ditambahkan kata "umum" tapi sebetulnya mereka pun spesialis untuk mengetahui secara umum penyakit si pasien.

Meruntut kepada sebuah profil yang kubaca, profesi menjadikan sesuatu yang dipegang teguh. Baik waktu yang pendek ataupun panjang. Namun terkadang profesi menjadikan sebuah tolok ukur hidup seseorang, dimana profesi berhubungan dengan kemampuan seseorang. Namun jika diruntut lebih jauh, profesi adalah pilihan hidup, suka atau tidak, orang tersebutlah yang melakukannya.

Melihat seorang pemain gitar yang kukenal, betapa handalnya dia memainkan jari-jemarinya saat memegang gitarnya. Saya terpukau melihatnya. Kepiawaiannya mampu menghibur banyak orang, namun saat saya telaah lebih jauh, apakah itu yang merupakan passionnya? Dia jawab iya. Berarti dia melakukannya dengan passion sebagai pilihan hidupnya. Namun mengapa saya melihat kelelahan dimatanya?

Terkadang saat kita melakukan hal yang kita sukai atau sesuai passion, di awal enjoy melakukannya, namun dengan puluhan bahkan ribuan kali perulangan, terkadang kita sebagai manusia menjadi bosan. Tapi jangan salah, dengan melakukannya terus-menerus, kita menjadi ahli dan dapat disebut sebagai spesialis.

Di waktu lalu saya bertemu dengan seorang bapak yang sudah berumur, saya senang sekali bisa bercakap-cakap dan mendengar pengalaman hidupnya. Saya tidak mengerti mengenai jam tangan, namun cerita dari sang Bapak itu sangat menarik hati, dia dapat dengan mudah mengetahui apakah jam yang digunakan oleh seseorang adalah asli atau palsu. Itulah spesialis. Ditempa sekian puluh dan ratusan jam, menjadikan seseorang mahir. Namun, apakah dia bosan melakukannya?

Sang Bapak tersebut bahkan memberikan ilmunya pun tidak terlalu lama, namun dapat membedah jam tangan yang saya gunakan dengan cepat. Di etalase tokonya terbentang ratusan jam dan dia sangat paham yang manapun jenis dan merknya. Wow, begitu menarik tentunya.

Adalah seorang lain yang kukenal selalu berpindah-pindah antar lokasi dengan penerbangan. Usut punya usut, sekian banyak kubaca profil orang lain, mereka suka dengan travelling. Melihat negara tetangga dan mengetahui kebudayaannya. Teringat akan film "Catch Me If You Can" dimana bang Leonardo merubah profesi untuk melakukan tipu dayanya, dan saya terpukau akan sosoknya menjadi pilot. Namun saat membaca sebuah profil seseorang, tercurahkannya bahwa tidak ada kata hari Jumat. Bagi sebagian orang, hari Jumat adalah hari menyenangkan, dimana besok adalah hari libur dan dapat melakukan ritual untuk lepas dari kepenatan. Dituliskan bahwa baginya tidak ada istilah hari Jumat, karena setiap hari adalah travelling. Harusnya menjadi sebuah hal yang menyenangkan karena setiap hari travelling kan? Bukankan sebagian orang suka travelling? Namun berbeda yang kubaca, mungkin cukup jenuh dengan bepindah lokasi setiap saat.

So....profesi menjadikan kita memilih hidup. Pun saya selalu heran jika ada istilah "Thanks God Its Friday" ataupun "I Hate Monday". Kalo hari Jumat adalah hari menyenangkan dan hari Senin adalah hari paling dibenci, mengapa masih di profesi tersebut? Mengapa tidak menjadikan setiap hari adalah hari Jumat?

Apapun profesinya, tanyakan ke diri sendiri, Anda akan ditempa menjadi seorang spesialis dalam bidang Anda, meruntut pengalamanku yang hobi motret, kalo ditempa setiap hari, YUP, setuju, menjadikan aku seorang spesialis dalam bidang foto, tapi kalo dijejalkan setiap hari? Ada kejenuhan pula, dan sesekali dalam keseharianku melakukannya, memang tidak sejelimet dahulu yang pakai kamera besar, namun cukup mem-flash-backnya pun hanya melalui kamera ponsel.

Jadi..... Apakah Anda seorang Spesialis?

1 comment:

Julbintor Kembaren said...

gw rasa pertanyaan semacam ini akan selalu terngiang seumur hidup...
"apakah kita sudah hidup sesuai dengan passion kita?"