Tuesday, June 07, 2005

Life In Mono

Tak tahu mengapa kukesal dengan segala situasi yang menghimpit padahal tak tahu apa yang menghimpit nafasku, ku berlari tapi tak tahu kemana, ku terdiam dan rasa dingin membayangiku. Melindungi segala gerak dan nafasku yang mulai berjarak. Ku menatap tanpa ada tujuan, ku terdiam kembali dan membiarkan rasa "DINGIN" menyelimutiku kembali seperti dahulu. Kupanaskan hawa tubuhku dengan kepulan yang mengelilingiku disetiap tarikan nafasku.

Tak tahu akan apa yang harus kulakukan, ingin kuhempaskan segala beban dan pikiran, tapi tak akan kubiarkan kegetiran mendatangiku kembali, alunan musik 'Life In Mono' terdengar ditelingaku saat ini, menemani kebimbangan dan kesunyian yang semakin mendatangi tanpa kuundang. Kegetiran dan kepahitan yang kutelan selalu menjadi makanan keseharianku, tatapan yang tak jelas akan arah yang akan kujajaki. Ku hanya bisa terdiam di dalam kesunyian dan rasa gundah.

Kuingin melawan semuanya dan berlari cepat, tapi secepat itu pula hawa dingin itu menyelimutiku kembali, seperti tak ingin meninggalkanku dengan cepat dan bercampur dengan dinginnya udara sekitar. Aku hanya terdiam dan membiarkan hawa itu terus menyelimutiku yang semakin lama semakin menyesakkan dadaku ini. Rasa sakit dan kegetiran yang tak dapat kuhalau dengan cepat dan selalu menjadi bayang-banyang disetiap gerak dan langkahku. Betapa sulitnya kuhalau dan kutinggalkan semuanya ini. Seakan ingin aku berteriak dan menangis, namun hanya diam yang dapat kulakukan.

Akan tiba waktunya rasa dingin itu meninggalkanku, tapi aku yakin bahwa rasa itu hanya sekejap saja lepas dari ragaku, dia tidak akan pergi jauh-jauh, dia akan menyelimutiku kembali, secepat aku menarik nafasku yang kuhidup ke dalam raga dan jasadku. Rasa pongah dan iri sudah bukan menjadi pilihanku saat ini, aku hanya bisa melewati semuanya dengan kediaman di bibirku yang kelu.

Senyum getir dan tatapan mata yang tajam saat melihat semuanya, baik semua yang telah berlalu dan semua yang akan kuhadapi, biarlah aku begini, menjadi sosok yang selalu terdiam menatap semua yang akan terjadi, biarkanlah aku sendiri dalam kesunyian dan kegalauan yang merangkul jasadku, semoga semuanya dapat menjadi suatu kekuatan di masa nanti, tapi tak yakin pula aku akan kekuatan yang aku miliki, hanya secercah harapan dalam kebekuan ruang hampa ini...

1 comment:

Novita Sianipar said...

hm, aku tahu perasaan itu....